Review Puisi Berjudul "Kerikil Tajam dan Yang Terempas dan Yang Putus" Karya Chairil Anwar
Buku
kumpulan puisi berjudul “Kerikil Tajam
dan Yang Terempas dan Yang Putus” adalah karya dari Chairil Anwar ssalah
satu penyair Indonesia yang telah membuat banyak karya yang menginspirasi
banyak pembaca . Dia lahir di Medan, 26 Julai 1922. Chairil Anwar merupakan
anak tunggal. Ayahnya bernama Toeloes, mantan bupati Kabupaten Indragiri Riau,
berasal dari Taeh Baruah, Limapuluh Kota, Sumatra Barat. Sedangkan ibunya
Saleha, berasal dari Situjuh, Limapuluh Kota. Dia masih punya pertalian
keluarga dengan Sutan Sjahrir, Perdana Menteri pertama Indonesia. Dia
dibesarkan dalam keluarga yang cukup berantakan. Kedua ibu bapanya bercerai,
dan ayahnya menikah lagi. Selepas perceraian itu, saat habis SMA, Chairil
mengikut ibunya ke Jakarta.
Chairil
masuk sekolah Hollandsch-Inlandsche School (HIS), sekolah dasar untuk
orang-orang pribumi waktu masa penjajahan Belanda. Dia kemudian meneruskan
pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), sekolah menengah
pertama Hindia Belanda, tetapi dia keluar sebelum lulus. Dia mulai untuk
menulis sebagai seorang remaja tetapi tak satupun puisi awalnya yang ditemukan.
Pada
usia sembilan belas tahun, setelah perceraian orang-tuanya, Chairil pindah
dengan ibunya ke Jakarta di mana dia berkenalan dengan dunia sastra. Meskipun
pendidikannya tak selesai, Chairil menguasai bahasa Inggris, bahasa Belanda dan
bahasa Jerman, dan dia mengisi jam-jamnya dengan membaca karya-karya pengarang
internasional ternama, seperti: Rainer M. Rilke, W.H. Auden, Archibald
MacLeish, H. Marsman, J. Slaurhoff dan Edgar du Perron. Penulis-penulis ini
sangat mempengaruhi tulisannya dan secara tidak langsung mempengaruhi puisi
tatanan kesusasteraan Indonesia.
Dalam
puisi ini juga terdapat puisi tentang nenek Chairil karena ia sangat dekat
dengan neneknya. Keakraban ini begitu memberi kesan kepada hidup Chairil. Dalam
hidupnya yang amat jarang berduka, salah satu kepedihan terhebat adalah saat
neneknya meninggal dunia. Chairil melukiskan kedukaan itu dalam sajak yang luar
biasa pedih :
“Bukan
kematian benar yang menusuk kalbu
Keridlaanmu
menerima segala tiba
Tak
kutahu setinggi itu atas debu
Dan
duka maha tuan bertahta”
Sesudah
nenek, ibu adalah wanita kedua yang paling Chairil puja. Dia bahkan terbiasa
menyebut nama ayahnya, Tulus, di depan sang Ibu, sebagai tanda menyebelahi
nasib si ibu. Dan di depan ibunya, Chairil acapkali kehilangan sisinya yang
liar. Beberapa puisi Chairil juga menunjukkan kecintaannya pada ibunya.
Sejak
kecil, semangat Chairil terkenal kedegilannya. Seorang teman dekatnya Sjamsul
Ridwan, pernah membuat suatu tulisan tentang kehidupan Chairil Anwar ketika
semasa kecil. Menurut dia, salah satu sifat Chairil pada masa kanak-kanaknya
ialah pantang dikalahkan, baik pantang kalah dalam suatu persaingan, maupun
dalam mendapatkan keinginan hatinya. Keinginan dan hasrat untuk mendapatkan
itulah yang menyebabkan jiwanya selalu meluap-luap, menyala-nyala, boleh
dikatakan tidak pernah diam. Saya akan membahas beberapa puisi, berikut review
saya semoga dapat bermanfaat.
IDENTITAS BUKU
Judul Buku : Kerikil Tajam dan Yang Terempas dan Yang Putus
Penulis : Chairil Anwar
Penerbit : Dian Rakyat
Tahun terbit : Cetakan keempatbelas 2000
ISBN : 979-523-065-4
Jumlah Halaman :56 Halaman
PUISI FRAGMEN
Tiada
lagi yang akan diperikan? Kuburlah semua ihwal
Duduklah
diri beristirahat, Tahanlah Dada yang menyesak
Lihat
keluar, hitung-pisah warna yang bermain di jendela
Atau
nikmatilah lagi lukisan-lukisan di dinding pemberian
Teman-teman kita
Atau kita
omongkan Ivy yang ditinggalkan suaminya
Jatuhnya
pulau Okinawa. Atau berdiam saja
Kita
saksikan hari jadi cerah, jadi mendung,
Mega
dikedikan angina
-Tidak,
tidak, tidak, sama derngan angina ikutan kita………
Melupakan
dan menegenang
Kau asing, aku asing,
Dipertemukan
oleh jalan yang tidak pernah bersilang
Kau menatap, aku menatap
Kebuntuan
rahasia yang kita bawa masing-masing
Kau pernah
melihat pantai, melihat laut, melihat gunung?
Lupa diri
terlambung tinggi?
Dan juga
Diangkat
dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain
Mengungsi
dari kota satu ke kota lain? Aku
Sekarang
jalan dengan 1,5 rabu
Dan
Pernah
percaya pada kemutlakan soal………..
Tapi
adakah ini kata-kata untuk mengangkay tabir pertemuan
Memperjelas
datang siang? Adakah-
Mari cintaku
Demi
Allah, kita jejekkan kaki di bumi pedat
Demi
Allah, kita jejekkan kaki di bumi pedat
Bercerita
tentang raja-raja yang mati dibunuh rakyat
Papar-jrmur
kalbu, terangkan jalan darah kita
Hitungdengan
teliti kekalahn, hitung dengan teliti kemenangan.
Aku sudah
saksikan
Senja
kekecewan dan putus asa yang bikin tuhan juga turut
Tersedu
Membekukan
berpuluh nabi, hilang mimpi dalam kuburnya
Sekali
kugenggam waktu, keleluasaan di tangan lain
Tapi bisa
nikmatkan perempuan luar batasnya, cium
Matanya,
kucup rambutnya, isap dadanya jadi gersang
Kau cintku
Melenggang
deselubungi kabut dan caya, benda yang tidak
Menyala
Tukang
tadah sagala yang kurampas, kaki tangan tuhan-
Berceritalah
cintaku bukakan tubuhmu diatas sofa ini
Mengapa
kau selalu berangkatdari kelam ke kelam
Dari kecemasam
sampai ke istirahat-dalam-kecemasan
Cerita
surya berhawa pahit. Kita bercerai begini-
Tapi sudah
tiba waktunya pergi, da aku aka pergi
Dan apa
yang kita pikirkan, lupakan, kenangkan, rahasiakan
Makna puisi :
Puisi
tersebut berisi tentang sepasang suami istri yang sedang melalukan perceraian
dimana tidak ada lagi istri yang tersayang dan melupakan semua kenangan yang
telah dilalui bersama walaupun sangat sulit dan menyesakkan dia berusaha tegar
dan mencoba untuk menghibur dirinya dengan melihat disekitarnya agar pikirannya
teralihkan dan mengiklaskan dengan melupakan dan menjadikannya kenangan untuk
dijadikan pengalaman dikemudian hari. Sekarang mereka merasa asing satu sama
lain padahal dahulu mereka pernah sangat dekat dan saling percaya satu sama lain.ia
mengharapkan pertemuan tapi itu tidak mungkin terjadi. Biarlah semua menjadi
rahasia dan menjadi kenangan kita berdua.
Pelajaran
yang dapat diambil dari puisi ini yaitu jangan pernah mempermainkan pernikahan
dan berakhir perceraian karena sejatinya pernikahan hanya dilakukan sekali
seumur hidup . selain itu melakukn perceraian akan menimbulkan dampak buruk
bagi anak, anak akan kekurangan kash sayang karena orang tua berpisah. Apapun
yang terjadi janganlah melakukan perceraian apabila ada masalah selesaikan
secara baik-baik dan dengan kepala dingin.
PUISI MALAM
Mulai kema
Belum
buntu malam
Kami masih
saja berjaga
-Thermopylae-
-jagal
tidak dikenal?-
Tapi nanti
Sebelum
siang membentang
Kami sudah
tenggelam hilang
Makna puisi :
Puisi ini
menceritakan tentang seorang yang dedemit yang bekeliaran saat malam hari yang
gelap gulita dan tidak dikenal oleh siapapun bahkan ketika pagi menjelang siang
mereka sudah hilang dan lenyap tanpa bekas dan tanda-tanda.
Pesan yang
dapat diambil dari puisi ini yaitu mahluk halus memang benar adanya walaupun
tidak terlihat oleh manusia. Jadi janganlah sembarangan dalam berbuat sesuatu
karena bisa jadi apa yang kita lakukan dapat membuat mahluk lain marah ataupun
tersinggung sehingga kita akan menerima dampaknya. Tetaplah berhati-hati dan
selalu waspada dan selalu saling menghormati sekalipun itu dengan mahluk kasat
mata.
PUISI KRAWANG-BEKASI
Kami yang
kini berdiri antara Krawang-Bekasi
Tidak bisa
teriak ”Merdeka” dan angkat senjata lagi
Tapi
siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami
Terbayang
kami maju dan bedegap hati?
Kami
bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada
rasa hampa dan jam yang berdetak
Kami mati
muda. Yang tinggal tulang diliputi debu
Kami sudah
coba apa yang kami bisa
Tapi kerja
belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah
beri kami punya jiwa
Kerja
belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami Cuma
tulang-tulanng berserakan
Tapi
adalah kepunyaanku
Kalaulah
lagi yang kutentukan nilai tulang-tulang berserakan
Ataukah
jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
Atau tidak
untuk apa-apa
Kami tidak
tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah
sekarang yang berkata
Kami
bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada
rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang,kenanglah
kami
Teruskan,
teruskan jiwa kami
Menjaga
Bung Karno
Menjaga
Bung Hatta
Menjaga
Bung Syahrir
Kami
sekarang mayat
Berilah
kami arti
Berjagalah
terus digaris batas pernyataan dan impian
Kenang,
kenanglah kami
Yang
tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu
kami berbaring antata Krawang-Bekasi
Makna puisi :
Puisi ini
menceritakan tentang pahlawan yang tak dikenal dari krawang dan bekasi mereka
telah gugur hanya tinggal tulang belulang yang tak berdaya yang tersisa saat
ini, mereka sudah tak berarti apa-apa karena mereka sudak tidak bisa lagi
berjuang namun mereka ingin dikenang oleh banyak orang atas apa yang telah
mereka lakukan dahulu pada saat mereka berjuang hingga titik darah penghabisan
sebelum akhirnya gugur. Mereka ingin kita menerusnya generasi muda utnuk
meneruskan perjuangannya dan mereka juga ingin kita menghargai dan menjaga jasa
para pahlawan yang telah gugur di medan perang demi kemerdekaan bangsa ini.
Dalam puisi kita dapat mengambil pelajaran dan mengimplementasikan dalam
kehidupan nyata. Kita sebagai senerasi muda harus sadar bahwa kita sekaragn
dapt berdiri disini berkat perjuangan para pahlawan terdahulu apabila bukan
karena mereka mungkin kita tidak akan berdiri di Negara yang telah merdeka ini.
Oleh karena itu sebagai generasi muda penerus bangsa kita harus mengenang jasa
para para pahlawan dengan cara meniru semangat para pahlawan dengan tidak putus
asa dan pantang menyerah pada keadaan terus berjuang dalam kondisi apapun dan
jangan mudah putus asa. Selain itu kita juga harus memperingati hari pahlawan
dan terus mengingat selamanya.
PUISI YANG TERHEMPAS DAN YANG PUTUS
Kelam dan angin
lalu memperpesing diriku
Menggigir
juga ruang di mana dia yang aku ingin
Malam tambah
merusak, rimba jadi semakin tuqu
Di karet (daerahkuny.a.d)
sampai juga deru
Di karet,
di karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru angin
Aku bebenah
dalam kamar, dalam diriku jika kau datang
Dan aku
bisa lagi lepaskan kisah baru padamu
Tapi kini
tangan yang bergerak lantang
Tubuhku
diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku
Cemara
menderai sampai jauh
Terasa
hari akan jadi malam
Ada
beberapa dahan tertingkup merapuh,
Dipukul
angina yang terpendam
Aku
sekarang orangnya bisa tahan
Sudah
berapa waktu aku bukan kanak lagi
Api dulu
memang ada suatu bahan,
Yang bukan
dasar perhitungan kini
Hidup
hanya menunda kekelahan
Tambah
terasing dari cinta sekolah rendah,
Dan tahu,
ada yang tetap tidak diucapkan,
Sebelum
pada akhirnya kita menyerah
Makna puisi :
Puisi ini
menceritakan tentang rasa sedih karena kehilangan yang menimbulkan
ketidakjelasan dan kegelisahan semua telah dilakuakanya dan berakhir sia-sia
sampai akhirnya ia lelah dan hanya menunggu dikamar. Dia akan membenahi diri
apabila oran yang ditunggu datang kembali dan akan membuat cerita baru lagi
yang lebih indah tetapi itu semua hanya sebuah hayalan dia tak akan pernah
kembali lagi semua sudah selesai dan putus. Dari puisi diatas kita dapat
mengambil pelajaran bahwa penyesalan selalu datang diakhir, untuk itu kita
harus menjaganya sagi dan jangan pernah menyia-nyiakan seseorang karena
seseorang akan terasa penting ketika sudah pergi jauh entah kemana, sayangi dia
dengan sepenuh hati dan jangan pernh menorehkan kekecewaan kepadanya.
PUISI PERAJURIT JAGA MALAM
Waktu
jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu?
Pemuda-pemuda
yang lincah yang tua-tua keras, bermata tajam,
Mimpinya
kemerdekaan bintang-bintang kepastian
Ada
disisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka
pada mereka yang berani hidup
Aku suka
pada mereka yang masuk meemu malam
Malam yang
berwangi mimpi, terlucut debu
Waktu
jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu
Makna puisi :
Puisi
diatas menceritakan tentang seorang pahlawan yang tetap berjuang dalam kondisi
apapun walau dia tak tau apa yang akan mungkin terjadi dia tetap berjuang dengan
segenap jiwa sampai titik darah penghabisan. Para pemuda dan juga para tetua
bekerja sama unruk mewujudkan kemerdekaan yang nyata yang dan terus mejaga
Negara yang sudah tak karuan ini mereka berani mempertaruhkan nyawanya demi
sebuah perjuangan untuk memerdekakan negrs tercinta walaupun ia tak tak tau apa
yang akan terjadi pada akhirnya. Dari puisi diatas kita dapat mengambil
pelajaran yaitu janganlah pantang menyerah dan putus asa tetaplah berjuang
apapun yang terjadi apapun kondisinya. Jadilah seseorang yang pemberani jangan
mudah takut pada keadaan.
Buku
kumpulan puisi berjudul “Kerikil Tajam
dan Yang Terempas dan Yang Putus” adalah karya dari Chairil Anwar ssalah
satu penyair Indonesia yang telah membuat banyak karya yang menginspirasi
banyak pembaca . Dia lahir di Medan, 26 Julai 1922. Chairil Anwar merupakan
anak tunggal. Ayahnya bernama Toeloes, mantan bupati Kabupaten Indragiri Riau,
berasal dari Taeh Baruah, Limapuluh Kota, Sumatra Barat. Sedangkan ibunya
Saleha, berasal dari Situjuh, Limapuluh Kota. Dia masih punya pertalian
keluarga dengan Sutan Sjahrir, Perdana Menteri pertama Indonesia. Dia
dibesarkan dalam keluarga yang cukup berantakan. Kedua ibu bapanya bercerai,
dan ayahnya menikah lagi. Selepas perceraian itu, saat habis SMA, Chairil
mengikut ibunya ke Jakarta.
Chairil
masuk sekolah Hollandsch-Inlandsche School (HIS), sekolah dasar untuk
orang-orang pribumi waktu masa penjajahan Belanda. Dia kemudian meneruskan
pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), sekolah menengah
pertama Hindia Belanda, tetapi dia keluar sebelum lulus. Dia mulai untuk
menulis sebagai seorang remaja tetapi tak satupun puisi awalnya yang ditemukan.
Pada
usia sembilan belas tahun, setelah perceraian orang-tuanya, Chairil pindah
dengan ibunya ke Jakarta di mana dia berkenalan dengan dunia sastra. Meskipun
pendidikannya tak selesai, Chairil menguasai bahasa Inggris, bahasa Belanda dan
bahasa Jerman, dan dia mengisi jam-jamnya dengan membaca karya-karya pengarang
internasional ternama, seperti: Rainer M. Rilke, W.H. Auden, Archibald
MacLeish, H. Marsman, J. Slaurhoff dan Edgar du Perron. Penulis-penulis ini
sangat mempengaruhi tulisannya dan secara tidak langsung mempengaruhi puisi
tatanan kesusasteraan Indonesia.
Dalam
puisi ini juga terdapat puisi tentang nenek Chairil karena ia sangat dekat
dengan neneknya. Keakraban ini begitu memberi kesan kepada hidup Chairil. Dalam
hidupnya yang amat jarang berduka, salah satu kepedihan terhebat adalah saat
neneknya meninggal dunia. Chairil melukiskan kedukaan itu dalam sajak yang luar
biasa pedih :
“Bukan
kematian benar yang menusuk kalbu
Keridlaanmu
menerima segala tiba
Tak
kutahu setinggi itu atas debu
Dan
duka maha tuan bertahta”
Sesudah
nenek, ibu adalah wanita kedua yang paling Chairil puja. Dia bahkan terbiasa
menyebut nama ayahnya, Tulus, di depan sang Ibu, sebagai tanda menyebelahi
nasib si ibu. Dan di depan ibunya, Chairil acapkali kehilangan sisinya yang
liar. Beberapa puisi Chairil juga menunjukkan kecintaannya pada ibunya.
Sejak
kecil, semangat Chairil terkenal kedegilannya. Seorang teman dekatnya Sjamsul
Ridwan, pernah membuat suatu tulisan tentang kehidupan Chairil Anwar ketika
semasa kecil. Menurut dia, salah satu sifat Chairil pada masa kanak-kanaknya
ialah pantang dikalahkan, baik pantang kalah dalam suatu persaingan, maupun
dalam mendapatkan keinginan hatinya. Keinginan dan hasrat untuk mendapatkan
itulah yang menyebabkan jiwanya selalu meluap-luap, menyala-nyala, boleh
dikatakan tidak pernah diam. Saya akan membahas beberapa puisi, berikut review
saya semoga dapat bermanfaat.
IDENTITAS BUKU
Judul Buku : Kerikil Tajam dan Yang Terempas dan Yang Putus
Penulis : Chairil Anwar
Penerbit : Dian Rakyat
Tahun terbit : Cetakan keempatbelas 2000
ISBN : 979-523-065-4
Jumlah Halaman :56 Halaman
PUISI FRAGMEN
Tiada
lagi yang akan diperikan? Kuburlah semua ihwal
Duduklah
diri beristirahat, Tahanlah Dada yang menyesak
Lihat
keluar, hitung-pisah warna yang bermain di jendela
Atau
nikmatilah lagi lukisan-lukisan di dinding pemberian
Teman-teman kita
Atau kita
omongkan Ivy yang ditinggalkan suaminya
Jatuhnya
pulau Okinawa. Atau berdiam saja
Kita
saksikan hari jadi cerah, jadi mendung,
Mega
dikedikan angina
-Tidak,
tidak, tidak, sama derngan angina ikutan kita………
Melupakan
dan menegenang
Kau asing, aku asing,
Dipertemukan
oleh jalan yang tidak pernah bersilang
Kau menatap, aku menatap
Kebuntuan
rahasia yang kita bawa masing-masing
Kau pernah
melihat pantai, melihat laut, melihat gunung?
Lupa diri
terlambung tinggi?
Dan juga
Diangkat
dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain
Mengungsi
dari kota satu ke kota lain? Aku
Sekarang
jalan dengan 1,5 rabu
Dan
Pernah
percaya pada kemutlakan soal………..
Tapi
adakah ini kata-kata untuk mengangkay tabir pertemuan
Memperjelas
datang siang? Adakah-
Mari cintaku
Demi
Allah, kita jejekkan kaki di bumi pedat
Demi
Allah, kita jejekkan kaki di bumi pedat
Bercerita
tentang raja-raja yang mati dibunuh rakyat
Papar-jrmur
kalbu, terangkan jalan darah kita
Hitungdengan
teliti kekalahn, hitung dengan teliti kemenangan.
Aku sudah
saksikan
Senja
kekecewan dan putus asa yang bikin tuhan juga turut
Tersedu
Membekukan
berpuluh nabi, hilang mimpi dalam kuburnya
Sekali
kugenggam waktu, keleluasaan di tangan lain
Tapi bisa
nikmatkan perempuan luar batasnya, cium
Matanya,
kucup rambutnya, isap dadanya jadi gersang
Kau cintku
Melenggang
deselubungi kabut dan caya, benda yang tidak
Menyala
Tukang
tadah sagala yang kurampas, kaki tangan tuhan-
Berceritalah
cintaku bukakan tubuhmu diatas sofa ini
Mengapa
kau selalu berangkatdari kelam ke kelam
Dari kecemasam
sampai ke istirahat-dalam-kecemasan
Cerita
surya berhawa pahit. Kita bercerai begini-
Tapi sudah
tiba waktunya pergi, da aku aka pergi
Dan apa
yang kita pikirkan, lupakan, kenangkan, rahasiakan
Makna puisi :
Puisi
tersebut berisi tentang sepasang suami istri yang sedang melalukan perceraian
dimana tidak ada lagi istri yang tersayang dan melupakan semua kenangan yang
telah dilalui bersama walaupun sangat sulit dan menyesakkan dia berusaha tegar
dan mencoba untuk menghibur dirinya dengan melihat disekitarnya agar pikirannya
teralihkan dan mengiklaskan dengan melupakan dan menjadikannya kenangan untuk
dijadikan pengalaman dikemudian hari. Sekarang mereka merasa asing satu sama
lain padahal dahulu mereka pernah sangat dekat dan saling percaya satu sama lain.ia
mengharapkan pertemuan tapi itu tidak mungkin terjadi. Biarlah semua menjadi
rahasia dan menjadi kenangan kita berdua.
Pelajaran
yang dapat diambil dari puisi ini yaitu jangan pernah mempermainkan pernikahan
dan berakhir perceraian karena sejatinya pernikahan hanya dilakukan sekali
seumur hidup . selain itu melakukn perceraian akan menimbulkan dampak buruk
bagi anak, anak akan kekurangan kash sayang karena orang tua berpisah. Apapun
yang terjadi janganlah melakukan perceraian apabila ada masalah selesaikan
secara baik-baik dan dengan kepala dingin.
PUISI MALAM
Mulai kema
Belum
buntu malam
Kami masih
saja berjaga
-Thermopylae-
-jagal
tidak dikenal?-
Tapi nanti
Sebelum
siang membentang
Kami sudah
tenggelam hilang
Makna puisi :
Puisi ini
menceritakan tentang seorang yang dedemit yang bekeliaran saat malam hari yang
gelap gulita dan tidak dikenal oleh siapapun bahkan ketika pagi menjelang siang
mereka sudah hilang dan lenyap tanpa bekas dan tanda-tanda.
Pesan yang
dapat diambil dari puisi ini yaitu mahluk halus memang benar adanya walaupun
tidak terlihat oleh manusia. Jadi janganlah sembarangan dalam berbuat sesuatu
karena bisa jadi apa yang kita lakukan dapat membuat mahluk lain marah ataupun
tersinggung sehingga kita akan menerima dampaknya. Tetaplah berhati-hati dan
selalu waspada dan selalu saling menghormati sekalipun itu dengan mahluk kasat
mata.
PUISI KRAWANG-BEKASI
Kami yang
kini berdiri antara Krawang-Bekasi
Tidak bisa
teriak ”Merdeka” dan angkat senjata lagi
Tapi
siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami
Terbayang
kami maju dan bedegap hati?
Kami
bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada
rasa hampa dan jam yang berdetak
Kami mati
muda. Yang tinggal tulang diliputi debu
Kami sudah
coba apa yang kami bisa
Tapi kerja
belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah
beri kami punya jiwa
Kerja
belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami Cuma
tulang-tulanng berserakan
Tapi
adalah kepunyaanku
Kalaulah
lagi yang kutentukan nilai tulang-tulang berserakan
Ataukah
jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
Atau tidak
untuk apa-apa
Kami tidak
tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah
sekarang yang berkata
Kami
bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada
rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang,kenanglah
kami
Teruskan,
teruskan jiwa kami
Menjaga
Bung Karno
Menjaga
Bung Hatta
Menjaga
Bung Syahrir
Kami
sekarang mayat
Berilah
kami arti
Berjagalah
terus digaris batas pernyataan dan impian
Kenang,
kenanglah kami
Yang
tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu
kami berbaring antata Krawang-Bekasi
Makna puisi :
Puisi ini
menceritakan tentang pahlawan yang tak dikenal dari krawang dan bekasi mereka
telah gugur hanya tinggal tulang belulang yang tak berdaya yang tersisa saat
ini, mereka sudah tak berarti apa-apa karena mereka sudak tidak bisa lagi
berjuang namun mereka ingin dikenang oleh banyak orang atas apa yang telah
mereka lakukan dahulu pada saat mereka berjuang hingga titik darah penghabisan
sebelum akhirnya gugur. Mereka ingin kita menerusnya generasi muda utnuk
meneruskan perjuangannya dan mereka juga ingin kita menghargai dan menjaga jasa
para pahlawan yang telah gugur di medan perang demi kemerdekaan bangsa ini.
Dalam puisi kita dapat mengambil pelajaran dan mengimplementasikan dalam
kehidupan nyata. Kita sebagai senerasi muda harus sadar bahwa kita sekaragn
dapt berdiri disini berkat perjuangan para pahlawan terdahulu apabila bukan
karena mereka mungkin kita tidak akan berdiri di Negara yang telah merdeka ini.
Oleh karena itu sebagai generasi muda penerus bangsa kita harus mengenang jasa
para para pahlawan dengan cara meniru semangat para pahlawan dengan tidak putus
asa dan pantang menyerah pada keadaan terus berjuang dalam kondisi apapun dan
jangan mudah putus asa. Selain itu kita juga harus memperingati hari pahlawan
dan terus mengingat selamanya.
PUISI YANG TERHEMPAS DAN YANG PUTUS
Kelam dan angin
lalu memperpesing diriku
Menggigir
juga ruang di mana dia yang aku ingin
Malam tambah
merusak, rimba jadi semakin tuqu
Di karet (daerahkuny.a.d)
sampai juga deru
Di karet,
di karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru angin
Aku bebenah
dalam kamar, dalam diriku jika kau datang
Dan aku
bisa lagi lepaskan kisah baru padamu
Tapi kini
tangan yang bergerak lantang
Tubuhku
diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku
Cemara
menderai sampai jauh
Terasa
hari akan jadi malam
Ada
beberapa dahan tertingkup merapuh,
Dipukul
angina yang terpendam
Aku
sekarang orangnya bisa tahan
Sudah
berapa waktu aku bukan kanak lagi
Api dulu
memang ada suatu bahan,
Yang bukan
dasar perhitungan kini
Hidup
hanya menunda kekelahan
Tambah
terasing dari cinta sekolah rendah,
Dan tahu,
ada yang tetap tidak diucapkan,
Sebelum
pada akhirnya kita menyerah
Makna puisi :
Puisi ini
menceritakan tentang rasa sedih karena kehilangan yang menimbulkan
ketidakjelasan dan kegelisahan semua telah dilakuakanya dan berakhir sia-sia
sampai akhirnya ia lelah dan hanya menunggu dikamar. Dia akan membenahi diri
apabila oran yang ditunggu datang kembali dan akan membuat cerita baru lagi
yang lebih indah tetapi itu semua hanya sebuah hayalan dia tak akan pernah
kembali lagi semua sudah selesai dan putus. Dari puisi diatas kita dapat
mengambil pelajaran bahwa penyesalan selalu datang diakhir, untuk itu kita
harus menjaganya sagi dan jangan pernah menyia-nyiakan seseorang karena
seseorang akan terasa penting ketika sudah pergi jauh entah kemana, sayangi dia
dengan sepenuh hati dan jangan pernh menorehkan kekecewaan kepadanya.
PUISI PERAJURIT JAGA MALAM
Waktu
jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu?
Pemuda-pemuda
yang lincah yang tua-tua keras, bermata tajam,
Mimpinya
kemerdekaan bintang-bintang kepastian
Ada
disisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka
pada mereka yang berani hidup
Aku suka
pada mereka yang masuk meemu malam
Malam yang
berwangi mimpi, terlucut debu
Waktu
jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu
Makna puisi :
Puisi
diatas menceritakan tentang seorang pahlawan yang tetap berjuang dalam kondisi
apapun walau dia tak tau apa yang akan mungkin terjadi dia tetap berjuang dengan
segenap jiwa sampai titik darah penghabisan. Para pemuda dan juga para tetua
bekerja sama unruk mewujudkan kemerdekaan yang nyata yang dan terus mejaga
Negara yang sudah tak karuan ini mereka berani mempertaruhkan nyawanya demi
sebuah perjuangan untuk memerdekakan negrs tercinta walaupun ia tak tak tau apa
yang akan terjadi pada akhirnya. Dari puisi diatas kita dapat mengambil
pelajaran yaitu janganlah pantang menyerah dan putus asa tetaplah berjuang
apapun yang terjadi apapun kondisinya. Jadilah seseorang yang pemberani jangan
mudah takut pada keadaan.
Komentar
Posting Komentar