Review Naskah Drama berjudul "Mangir" Karya Pramoedya Ananta Toer







IDENTITAS BUKU 


Judul buku                 : Manggir
Pengarang                  : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit                      : Kepustakaan Populer Gramedia
Tahu terbit                 : 2000
Jumlah halaman       114 halaman



Naskah drama berjudul “Manggir” karya Pramoedya Ananta Toer. Dia dikenal sebagai salah satu sastrawan terbesar di Indonesia. Banyak karya-karyanya yang fenomenal sehingga ia dikenal sebagai sastrawan yang sangat produktif. Artikel kali ini akan membahas mengenai biografi dan profil dari Pramoedya Ananta Toer beserta dengan biodata lengkapnya. Beliau lahir pada tanggal 6 februari 1925 di daerah Blora yang terletak di Jawa Tengah. Ayahnya bernama Mastoer Imam Badjoeri yang bekerja sebagai seorang guru di sebuah sekolah swasta dan ibunya bernama Saidah bekerja sebagai seorang penghulu di daerah Rembang.

Nama asli dari Pramoedya adalah Pramoedya Ananta Mastoer namun lama kelamaan orang lebih mengenalnya sebagai Pramoedya Ananta Toer atau biasa dipanggil Pram.  Beliau mulai bersekolah di Sekolah Institut Boedi Utomo di Blora di bawah bimbingan ayahnya yang bekerja sebagai guru disana namun tercatat bahwa Pramoedya beberapa kali tidak naik kelas. Tamat dari Boedi utomo, ia kemudian bersekolah di Sekolah Teknik Radio Surabaya selama 1,5 tahun di 1940 hingga 1941. Pada tahun 1942, Pramoedya kemudian berangkat ke Jakarta dan bekerja sebagai tukang ketik di Kantor berita Jepang bernama ‘Domei’ pada saat masa kependudukan jepang di Indonesia.

Sambil bekerja, Pramoedya juga mengikuti pendidikan di Taman Siswa yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantoro antara tahun 1942 higga 1943. Selanjutnya di tahun 1944 hingga 1945, ia mengikuti sebuah kursus Stenografi dan kemudian melanjutkan pendidikannya di Sekolah Tinggi Islam Jakarta pada tahun 1945.
Kemudian memasuki masa pasca kemerdekaan Indonesia tepatnya pada tahun 1946, Pramoedya Ananta Toer mengikuti pelatihan militer Tentara Keamanan Rakyat dan bergabung dengan Resimen 6 dengan pangkat letnan dua dan ditugaskan di Cikampek dan kemudian kembali ke Jakarta pada tahun 1947.
Pramoedya Ananta Toer kemudian ditangkap Belanda pada tanggal 22 juli 1947 dengan tuduhan menyimpan dokumen pemberontakan melawan Belanda yang kembali ke Indonesia untuk berkuasa. Ia kemudian di jatuhi hukuman penjara dan kemudian dipenjarakan di pulau Edam dan kemudian dipindahkan ke penjara di daerah Bukit Duri hingga tahun 1949 dan selama masa penahanannya tersebut, ia lebih banyak menulis buku dan cerpen. Salah satunya yakni naskah drama beerjudul Manggir. Saya akan mereview naskah drama in isemoga dapat bermanfaat.

BABAK SATU

Drama ini tentang runtuhnya Majapahit yang mengkibatkan Jawa menjadi kacau balaudan bermandi dara, kekuasaan tak berpusa, tersebar praktis di seluruh kadipate, kabupaten, bahkan desa. Perang terus terjadi dimana-mana untuk merebutkan kekuasaan tunggal. Hal tersesut menyebabkan kerajaan Mataram dan Perdikan bermusuhan dan terus menerus berperang. Salah satu panglima perdikan yaitu adalah Baru Klinting sewaktu dia kecil ia dilahirkan berwujud ular sanca yang sangat besar saking besarnya ia dapat melingkari Gunung Merapi. Ia memiliki sahabat yang bernamaWanabaya atau sering disebut Ki Ageng Mangir Muda.
Satu hari Baru klinting sedang berbincang-bincang dengan Suriwang tetang perangnya yang belum tuntas dengan Mataram. Suriwang adalah salah satu orang kepercayaan Klinting seorang ahli juru tangkai tombak. Klinting menyuruh Suriwang untuk membuat tombak sebanyak seribu samapai tiga ribu dalam sepuluh hari untuk melawan Mataram. Pada saat mereka berdua sedang mengobrol datang seseorang baru ke dalam kediaman Klinting orang itu bernama Kimong. Komong ingin mengabdi kepada Wanabaya Ki Ajen Mangir, tetapi klinting dan Suriwang tidak percaya karena diangga dari Mataram. Kimong mengaku dia Parangtritis. Lalau untuk memastikas berapa jarak Mangir dengan Parangtritis dan ternyata jawaban si Kimong salah dan terbuktilah bahwa Kimong berdusta itu menyulut kemarahan Klinting dan diusirlah Kimong. Kemudian pada saat kimong datanglah Demang Jodog dan Demang Patalan, Klinting menayakan kenapa Demang Pajang dan Demang Pandak. Mereka bilang mereka masih berperang diluar sana. Dan kemudian menanyakan Wanabaya. Tidak seharusnya dia datang terlambat kata Demang terlambat datang karena Adisaroh penari. Tidak lama lalu Demang Pajang dan Demang Pandak datang dan ikut bergabung dengan yang lain. lalu setibanya mereka langsung berdebat mengenai wanita. Dan dilanjutkan berdebatan dengan Klinting membahas tentang berpesta karena Klinting telah berperang yang diharapkan Demang pajang ia dapat berpesta dan bersuka tetapi Klinting bilan bahwa kemenangan belum digenggam dan belum dapat bersua dan berpesta. Lalu mereka membicarakan Wanabaya yang telah bertemu seorang gadis yang cantik jelita yang bernama Adisaroh. Wanabaya telah jatuh hati pada wanita tersebut hingga lupa segalanya. Wanabaya telah terbelah hatinya dan lebih mengutamakan Adisorah. Lalu beberapa saat kemuadian Wanabaya datang dengan mengandeng Adisaroh dan memberi hormat pada para tetua perdikan. Dan disusul oleh para rombongan lainya yaitu Tumenggung Mandaraka, Pangeran Purbaya, Tumenggung Jagaraga, dan Temenggung Pringgala.Tunebggung Mandaraka ada;lah ayah Adisaroh Wanabaya bertemu Klinting untuk meminta anggukannya karena ia telah mencintai Adisaroh. Tetapi Klinting dan para tetua perdikan tidak setuju akan hal tersebut. Karena mereka piker akan mempengarui dalam hal peperangan. Wanabaya adalah salah satu panglima perdikan dan tidak sepantasnya ia jatuh cinta dengan seorang wanita itu. Mereka terus berdebat Wanabaya tidak ingin mengalah dan susah sekali diberi tahu oleh Klinting.  Bahkan rela untuk di tombak demi memperjuangkan cintanya pada wanita itu. Adisaroh adalah seorang penari yang asalnya dari sebuah dukuh sebelah timur, seberang tujuh sungai. Mereka berdua saking cinta. Klinting menyuruh Adisaroh untuk digiring ke bilik dan ia akan menasehati  Wanabayaterlebih dahulu. Tetapi akhirnya dia sadar bahwa kawanya itu memberitahunya karena peduli padanya mereka semua. Wanabaya berjanji akan tetap memperjuangkan perangnya pada Mataram apabila sudah menikah dengan Adisaroh.


BABAK DUA

Pada bagian ini Wanabaya dan Adisaroh sudah menikah dan menjadi suami istri yang bahagia, karena memang mereka saling mencinti satu sama lain. dan Adisaroh juga tengah mengandung saat ini. Wanabaya sangat mencintai istrinya itu, bahkan dia melarang istrinya untuk bekerja apapun semua pekerjaan dikerjakan olehnya. Katanya takut bahwa istrinya kecapekan dan membahayakan bayi yang berada dalam rahimnya. Wanabaya ingin apabila anaknya laki-laki menjadi orang yang gagah berani dan setia melindungi perdikan serta dapat meruntuhkan mataram, dan apabila perempuan ia akan menjadi canti jelita seperti Adisaroh menjadi menakluk hati di bumi jawa. Semakin hari keduanya semakin saling mencintai satu sama lain, apanlagi ditambah dengan adanya si jabang bayi dalamrahim Adisaroh. Bahkan Wanabaya rela mati untuk istrinya yang cantik jelita itu.
Tetapi pagi ini Adisaroh melamun seperti sedang memikirkam sesuatu yang berat. Wanabaya mengetahui itu langsung mengahampirinya dan menanyainya dan Adisaroh bilang ia hanya rindu pada kampung halaman dan juga mengawatirkan suaminya itu saat pergi ke medan perang, ia takut suaminya meninggalkannya makanya dia risau. Setiap malam ia selalu memikirkan hal itu ia sangat takut kehilangan suaminya itu. Wanabaya berbicara pada istrinya bermaksud untuk mengilangkan kekawatirannya.  Lalu setelah memastikan istrinya baik-baik saja Wanabaya pergi untuk bekerja mengambil batu. Lalu setelah Wanabaya keluar datanglah Tumenggung Mandaraka, dia datang ke kediaman Adisaroh bermaksud untuk menagih janji. Adisaroh pun bersikap waspada. Mereka berdua berdebat sangat lama. Dan ternyata Adisaroh adalah putri sulung raja Mataram yang bernama asli Putri Pambayun rupanya dia dijadikan umpan oleh ayahnya sendiri guna untuk meruntuhkan perdikan. Tetapi nyatanya putrinya sendiri memang benar-benar jatuh cinta pada Ki Ageng Mangir Wanabaya pada pandangan pertama. Dan saat ini Tumenggung Mandarakadatang untuk menagih janji Putri Pambayun untuk membawa suaminya Wanabaya untuk di bawa ke Mataram dan berencana akan dibunuh oleh raja Mataram. Putri Pambayun terus menolak. Dia tidak mau menghianati suaminya sendiri dia sangat mencintainya dia tak mau kehilangannya. Tetapi di sisi lain ia juga sudah berjandi kepada ayahanda raja Mataram untuk membawanya ke Mataram setelah Wanabaya berhasil menjadi suaminya. Tetapi sekarang ia bimbang dan kalut. Ia bingung apa yang harus ia lakukan. Tumenggung terus saja saja memaksa dan membujuknya ia bilang bahwa Wanabaya dibawa ke Mataram permusuhan akan berakhir dan akan berakhir perdamaian antara Perdikan dan Mataram. Putri Pambayun semakin bingung dibuatnya dan akhirnya ia memutuskan utnuk memenuhi janjinya yaiut membawa Wanabaya suami tercintanya  Mataram. Setelah itu wanabaya datang dari bekerja dan Tumenggung langsung pamit pulang.
Putri Pambayun memberanikan diri untuk jujur kepada suaminya Wanabaya ia sangat takut dan gugup ia berfikir pasti suamiya marah besar karena selama ini ia telah berdusta. Dan akhirnya dengan keberanian diri yang ciut ia mengtakan pada wanabaya bahwa dia adalah putri sulung Raja Mataram dia juga berkata bahwa ia telah bedusta selama ini dan wanabaya pun marah besar dan syok dibuatnya. Wanabaya tidak menyangkan istrinya yang cantik jelita ini mendustainya melama ini, istri yang selalu dia cintai sepenuh hati ini ternyata adalah anak dari musuh bebuyutannya. Wanabaya marah samapi melihat putri Pambayun pun ia tak sudi. Putri Pmbayun merasa sanga bersalah smapi ia terduduk dan bersimpuh dikakki suaminya. Wanabaya lalu menemui Klintinting dan mengatakan bahwa Adisorah adalah anak sulung dari raja mataram yang dikirim ke sini untuk menjadi umpan. Baru klinting juga kaget dan syok dan ia menanyai Putri Pambaun apakah ia benar-benar mencintai wanabaya. Dan ia mengangguk. Mereka berunding dan akhirnya menyepakati besuk akan berangkat ke mataram guna menyerang dan balas dendam. Dan Putri Pambayun berada dipihak perdikan.


BABAK TIGA

Pada babak ini semua pasukan perdikan dikerahkan untuk menggiring wanabaya dan Putri Pambayun menuju Mataram. Dan dilain tempat Raja Mataram sudah tidak sabar menunggu datangnya Wanabaya menantu sekaligus musuh bebuyutannya. Mereka berbincang bincang dan sudah merencanakan strategi untuk menjatuhkan Perdikan. Mereka sudah merenacakan jebakan di pintu masuk Mataram. Disana dibuat sangat sempit dan berlumpur. Maka para prajurut dari perdikan hanya akan dapat masuk beberapa saja. Dan juga ditegah perjalanan juga disiapkan pesta-pesta guna untuk mengelabuhi pera lelali agar tergoda dengan gadis-gadis cantik mataram. Konon katanya tidak ada yang dapat menolak jari-jari manis gadis mataram . pasukan perdikan semakin dekat dan hamper masuk ke istana. Mereka semua sudah siap dan sangat menantikannya. Kata raja Wanabaya dari pusat sampai kaki adalah menantunya dan dari pusar sampai kepala adalah musuhnya. Pasukan dari perdikan ternyata tidaklah cukup kuat karena mereka tergoda oleh gadis-gadis mataram dan hanya tersisa setengah saja. Hal tersebut adalah sebuh kabar gembira untuk sang raja Mataram karena rencananya untuk menjatuhkan perdikan selangkah demi selangkah mulai berhasil dan tinggal satu langkah lagi pasti kemenangan akan di genggamnya itu piker raja Mataram . tetapi siapa sangka rencana nya akhirnya  bobol juga wanabaya dan kawananya berhasil masuk dan terjadi peperangan yang dahsyat. Wanabaya dan Klitining berperang seperti orang kesetanan ditebaslah semuanya. Putri Pambayun ternyata terjebak di kerumunan peperangan dan berusaha memanggil memanggil suaminya tetapi ia sudah berada ditangan prajurit Mataram dan di bawa di hadapan sang raja Mataram yang tak bukan adlah ayah kandungya sendiri. Tetapi di depan raja ia masih saja terus membela suaminya ia pun di tending oleh sang raja karena diangga kurang ajar karena telah menghiantinya. Lalu Klinting danWanabya berhasil berada di hadapan sang raja dan bersiap menyerang dan belum sempat menyerang ia dan Klinting sudah mendpat serangan tombak yang bertubi-tubi dari balik istana mereka pun akhirnya mati Karena saking banyaknya tombak yang mengenai tubuhnya. Putri Pambayun berteriak dan menghammpiri mayat suaminya dan membawanya pergi dari Mataram.


Komentar : 

Dari naskah dram ini kita dapat mengambil banyak pelajaran yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari yang pertama yaitu kita sebagai seseorang harus dapat mengendalikan hawa napsu dimanapun dan kapanpun kita berada jangan mudah untuk mencintai dan dicintai. Apabila kita sudah terlanjur mencintai maka alangkah baiknya kita mengetahui asala ususlnya terlebih dahulu sebelum khirnya kita menyesal karena kita belum mengenalnya lebih dalam. Yang kedua kita dalam elihat bahwa Klinting dan Wanabaya adalah sahabat mereka salang mengingatkan satu sama lain . Klinting mengingatkan Wanabaya walaupun dia sangat keras kepala dan susah diatur tetapi ia berusa terus menerus menasihatinya sampai sahabatnya itu paham dan mengerti atas apa yang disampaikan Klinting. Kita juga harus seperti itu apabila kita memiliki teman dan dia berbuat salah maka sudah seharusnya kita mengingatkan dan jangan dibiarkn dia melewati jalan yang salah padahal kita tahu jalan yang benar. Yang ketiga yaitu tidk searusnya ayah Putri Pambayun menjadikanya putrinya umpan hanya demi sebuah takhta. Setinggi apapun tahkta dan kemenangan perang anal tetaplah anak yang harus di jaga san disayangi bukan malah dijadikan sebagai umpan untuk mematikan lawan. Jadi kita seagai orang tua sayangi anak kalian danjangan ditelelantarkan karena anak adalah karunia dari tuhan dan harus bahkan wajib dijaga samapai pada waktunya. Yang keempat kita dapat melihat kesetiaan Putri Pambayun kepada suaminya ia rela menghianati ayahnya hanya demi setia kepada suamiaya ia rela di usir oleh ayahnya hanya demi memihak suaminya. Jadi apabila kita menjadi seorang istri kita harus setia kepada suami kita apapun yang terjadi.


Komentar

Postingan Populer