Review Novel Berjudul "Lepun Negerinya Hiroko" Karya Nh.Dini









Novel berjudul “Lepun Negeriya Hiroko” adalah novel karya Nh. Dini. Nh. Dini adalah salah satu penyir wanita inonesia yang namanya sudah terkenal dimana-mana.Ia dilahirkan dari pasangan RM. Saljowidjojo, seorang pegawai PJKA dan Kusaminah. Ia anak bungsu dari lima bersaudara, ulang tahunnya dirayakan empat tahun sekali. Masa kecilnya penuh larangan. Konon ia masih berdarah Bugis, sehingga jika keras kepalanya muncul, ibunya acap berujar, “Nah, darah Bugisnya muncul".
Dini mengaku mulai tertarik menulis sejak kelas tiga SD. Buku-buku pelajarannya penuh dengan tulisan yang merupakan ungkapan pikiran dan perasaannya sendiri. Ia sendiri mengakui bahwa tulisan itu semacam pelampiasan hati. Ibu Dini, yang harus bekerja keras sebagai buruh batik setelah kematian suaminya, selalu bercerita padanya tentang apa yang diketahui dan dibacanya dari bacaan Panji Wulung, Panjebar Semangat, Tembang-tembang Jawa dengan Aksara Jawa dan sebagainya. Baginya, sang ibu mempunyai pengaruh yang besar dalam membentuk watak dan pemahamannya akan lingkungan.
Sekalipun sejak kecil kebiasaan bercerita sudah ditanamkan, sebagaimana yang dilakukan ibunya kepadanya, ternyata Dini tidak ingin jadi tukang cerita. la malah bercita-cita jadi sopir lokomotif atau masinis. Tapi ia tak kesampaian mewujudkan obsesinya itu hanya karena tidak menemukan sekolah bagi calon masinis kereta api.
Kalau pada akhirnya ia menjadi penulis, itu karena ia memang suka cerita, suka membaca dan kadang-kadang ingin tahu kemampuannya. Misalnya sehabis membaca sebuah karya, biasanya dia berpikir jika hanya begini saya pun mampu membuatnya. Dan dalam kenyataannya ia memang mampu dengan dukungan teknik menulis yang dikuasainya.
Dini ditinggal wafat ayahnya semasih duduk di bangku SMP, sedangkan ibunya hidup tanpa penghasilan tetap. Mungkin karena itu, ia jadi suka melamun. Bakatnya menulis fiksi semakin terasah di sekolah menengah. Waktu itu, ia sudah mengisi majalah dinding sekolah dengan sajak dan cerita pendek. Dini menulis sajak dan prosa berirama dan membacakannya sendiri di RRI Semarang ketika usianya 15 tahun. Sejak itu ia rajin mengirim sajak-sajak ke siaran nasional di RRI Semarang dalam acara Tunas Mekar. Dini juga menulis untuk Majalah KISAH, dan SIASAT. Cerpen pertamanya, Pendurhaka, bahkan mendapat kritis positif dari H.B. Jassin tahun 1951.


IDENTITAS BUKU

Judul Buku                : Jepun Negerinya Hiroko
Pengarang                  : Nh. Dini
Penerbit                      : Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit             : 2000
Jumlah halaman        : 366 halaman
ISBN                           : 979-655-957-9


Novel ini menceritakan tentang perjalanan seorang perempuan yang bernama Dini yang menikah dengan seorang wakil konsul berkebangsaan Prancis yang bernamaYves. Awalnya Dini merupakan seorang pramugari dan telah cukup lama mengenal dan menjalin hubungan dengan diplomat prancis yaitu Yves Coffin. Sebelum menikah dengan Yves, Dini beberapa kali diinterogasi umtuk memastikan asal usulnya dan untuk mengetahui samapi mana tingkat pendidikannya. Lalu pada tanggal 9 Juli, di konsultan Prancis, Tuan Jendral Konsul menikahkan Dini dsn Yves. Upacara pernikahan digelar dengan sederhana. Di acara tersebut aku berkenalan dengan Hilda yang merupakan istri Tuan Konsul dan juga bertemu dengan dosen prancis yang mengajar di Kyoto. Dini merasa benar-benar santai di acara tersebut dan hari pertamannya menjadi seorang istri wakil konsul berjalan lancar. Setelah menikah mereka berdua tinggal di rumah yang begaya jepang yang ukuranya kecil dan hanya muat untuk beberapa orang saja.  Beberapa hari telah dilewatinya di Negeri sakura digunakan untuk beradaptasi dengan kehidupan berumah tangga. Dini harus menghadapi berubahan sikap suaminya yang semakin hari semakin terlihat sifat aslinya. Awalnya Yves masih penuh kasih sayang dan pengertian dia masih memberikan apapun yang Dini minta tanpa pamrih tapi lama kelamaan sifat temperamentalnya muncul, seperti kemarahan tiba-tiba dengan cara berteriak, sifat keras kepalanya untuk mengharapkan pujian dalam semua bidan, bahkan urusan masak memasak pun selalu ia campuri. Semenjak menikah ia selalu menanggapi ucapanku dengan kata-kata kasar. Tetapi utnutungnya dini dapat mengahadinya dengan sabar dan selalu megalah.
Tinggal beberapa hari di jepang membuat Dini menyadari bahwa jepang merupakan Negara yang sangat menakjubkan. Dia tak henti-hentinya memuji dan mengagumi apa yang ia lihat terlebih dengan lingkungannya, semua serba indah, tanpa meninggalkan kesederhanaan. Sangat berbeda sekali dengan Indonesia, apapun yang ditata selalu mengesankan keindahan dan enak dipandang. Itu semua hanya sebagian kecil keidahan yang ada di negeri sakura ini, mungkin masih ada banyak yang belum dini ketahui. Di jepang juga Dini mulai mengonsumsi tahu, karena dulu sewaktu ia masih tinggal di Semarang ia sangat tidak suka makanan pasangan tempe itu, rtapi setelah ia tinggal di Jepang ia maalah menyukai makanan tersebut. Dan hanya satu yang palning tidak Dini sukai yaitu sashimi yaitu ikan mentah perutnya menolak, karena biasanya sewaktu di Indonesia ia sealu makan makanan yang dimasak terlebih dahulu. Selain itu dia juga menyukai satu pertunjukan yang bernama kabuki, yang merupakan sebuah pertunjukan rakyat kuno yang dini samakan seperti pertunjukan seperti wayang orang di Semarang. Di jepang ia juga menemukan beberapa teman dekat yaitu salah satunya bernama Hiroko yang kemudian dijadikan narasumber utam novel Dini yang berjudul namaku Hiroko. Selain gemar membaca Dini juga gemar menulis karya sastra jadi tidak heran bahwa Hiroko dijadikan sebagai narasumber utama karyanya. Hiroko sendiri merupakan pembantu rumah tangga Dini dan Yves, ia merupakan gadis asli jepang yang manis dan masih sangat muda.
Dini dan Yves melakukan honeymoon selama dua pekan, mereka mengunjungi kuil-kuil khas arsitektur jepang. Mereka berdua sangat menikmati perjalanan pengantin itu. Dan saat mereka sudah sampai rumah Dini sudah merasakan bahwa dia tengan mengandung, karena rok bawah dan celana nya menekan dibagian pinggang. Dulu Dini sukar sekali sarapan tetapi sejak mengandung nafsu makanya meningkat dan mulai bernafsu makan ketika pagi. Saat mulai mengandung Dini menyukai buah dan makanan segar, ia sangat menyukai nanas padahal di sana sulit untuk mendapatkan buah tropis kalaupun ada took buah impor pasti harganaya lumayan mahal, tetapi kai ini Yves tetap membelikannya. Mereka berdua di undang oleh Tuan Konsul yang bernama Serge untuk makan siang. Mereka makan siang dengan santai, Dini merasa nyaman karena mereka cukup ramah terlebih hilda istri tuan konsul. Dini banyak menghindari banyak makanan agar ia tidak memuntahkan makananya. Saat mengetahui bahwa Dini sedang mengandung tuan konsul dan Hilda memberikannya selamat. Ketika orang-orang prancis lain mulai mengetahui bahwa perut seseorang membesar maka mereka akan selalu mengatakan felicitation .
Pada tanggal 14 Juli mereka diundang secara resmi sebagai Madame Yves Coffin. Mereka di sana bertemu dengan dosen yang menjadi saksi mereka yaitu Christie Fontier dan Anne-Marie Levy mereka menyambut kedatangannya dengan hangat. Dan setelah mereka mengetahui bahwa Dini mengandung mereka mengucapkan hal yang sama felicitation.  Di sana juga terdapat konsul Indonesia dan istrinya yang bernama Dr. Sumiskum. Mereka berbincang-bincang dan membahas tentang pernikahan Yves dan Dini, miskun bertanya mengapa mereks tidak diundang dan masih banyak lagi yang mereka bicarakan. Mereka berdua langsung cepat akrab. Selain konsul dari indoesia Dini juga berkenalan dengan banyak orang lainya dan dia cukup nyaman dengan lingkungan para konsultan. Semenjak itu Dini sangat akrab dengan miskum dan menjadi tema dekat dan miskum juga memperkenakannya dengan tente Un. Mereka berdua menjadi sahabat selain itu juga ada ada sahabatnya dari jepang yaitu Michang dan Michiko.
Satu hari Yves mengundang dua suster untuk makan di rumah. Dini memasakan berbagai makanan khas Indonesia dan mereka sanga menyukai masakannya.  Kebetulan suster tersebut mempunyai kursus memasak yang terkenal di Kobe dan di Dini ditawari untuk berlatih dan akhirnya ia menyetujuinya, dan alhasil pertemuannya kali ini dengan suster dangat menyenangkan. Selanjutnya Dini belajar memasak makanan prancis di kursus suster tersebut. Hari-hari di Jepang dini semakin menyenangkan, miskum selalu mengajaknya keliling untuk memperlancar bahasa Jepangku dan bersama teneUn belajar menjahit. Di sana ia belajar menjahit baju dari flannel, yang kemudian disulam dengan benang warna-warni.
            Satu hari Yves berencana mengadakan piknik bersama konsul lainya dan sementara menunggu kesepakatan. Saat itu Yves mendapat ndanganuntuk makan diang di kapal barang perusahaan Massageries Maritimes. Mereka dijemput untuk menghadiri makan siang. Sesampainya di kapanmereka langsung makan dan setelah makan mereka melihat-lihat kapal. Dan dini terlihat sangat senang dan ingin naik kapal. Tetapi biayanya mahal dan Yves tidak menanggapinya. Makan siang ini juga cukup menyenangkan.   
Menjadi istri wakil konsul tidak semenyenangkan yang banyak orang lihat. Mereka melihat bahwya Yves adalah laki-laki yang baik, suka menlong, ramah, dan dermawan, tetapi tidak saat di rumah selama kurang lebih aku berumah tangga dengannya sikapnya bertolak belakang semakin hari semakin menjadi-jadi. Dia pemarah, pelit dan selalu ingin menang sendiri, apabila sedang sedang berdiskusi dengannya Dini selalu saja kalah dan dianggap salah, dia juga lebih percaya kepada orang-orang konsulnya daripada Dini istrinya. Untunglah Dini sabar menghadapi Yves, dia selalu berfikir positif karena tenan mengandung dan selalu berusaha mengalah. Pernah pada suatu hari dini mengalami sebuah kecelakaan padaa saat ia pergi keluar rumah untuk berkunjung kekantor miskum, tetapi saat perjalanan ia terjebak di lift dan terombang-ambing didalam lift lkarena ada sedikit kerusakan pada rante liftnya sehingga liftnya turun satu lantai. Pada saat itu Dini sangat syok takut bayinya kenapa-napa. Setelah berhasil keluar dari lift ia langsung dibawa ke kantor miskum dan langsung di tenangkan dan istirahat sejenak. Dini belum memberitahu suaminya, ia akan memberitahunya pada saat ia sampai di rumah. Setelah sampai di rumah dia inginmemberitahu suaminya tetapui suaminyasudah mengetahui ekspresi suaminya biasa saja dan hanya menanyainya seolah kejadian itu biasa saja dan tidaklah panic padahal istrinya baru saja diambang kematian. Keesokan harinya ia berangkat kerja dan Yves bilang seisi kantr membicarakan tentang kecelakaan Dini kemarin, dan barulah Yves bereaksi untuk menutut kantor tersebut karena telah membahayakan istrinya. Dari situ dapat Dini simpulkan bahwa Yves lenih percaya teman-teman kerjanya daripada cerita dari istrinya sendiri. Dan itu membuat saja dini tersinggung, Yves selalu seperti itu tidak mempercayai apa Yang dikatakan Dini dan menggap bahwa apa yang dikatakan Dini hanya imajinasinya saja.
Setelah mengandung sembilan bulan sepuluh hari akhiirnya Dini melahirkan seorang anak perempuan yang sangat cantik yang ia beri nama Lintang. Mereka berdua sangat bahagia. Lintang adalah anak yang pintar baru diusia dua bulan dia sudah bisa mengoceh, banyak yang tidak percaya tetapi setelah melihatnya sendiri mereka baru percaya. Lintang sudah diberi makan juga oleh Dini dan ia membeli salah satu susu dan harganua sangat mahal karena itu susu taraf internasional sehingga susunya sanga mahal. Dan sejak imengetahui harganya sangat mahal Yves tidak mau membelikan susu untuk anaknya lagi. Dan Dini harus pintar-pintar mengantur keuangn untuk bisa membeli susu yang mahal untuk anaknya. Dini tidak habis piker bahwa Yves bisa sepelit itu padahal itu untuk anaknya sendiri. Selai itu akhir-akhir ini Yves senang sekali dalam Fotografi setiap hari ia hanya memperdulikan kegemarannya sendiri. Sampai Dini jenggah melihatnya. Dan juga Yves selalu mengabaikannya pada saat ada orang lain yang bersamanya, dia juga semakin pemarah setiap hari pembantu rumah tangga nya selalu mendapat bentakan dan sudah beebrapa kali ganti karena tidak tahan oleh sikap Yves. Dini juga kena imbasnya karena tetangga nya megejeknya. Yves tidak peduli akan hal itu disamping itu Yves juga baik karena selama tidak pemiliki pembantu ia membantu mengerjakan pekerjaan rumah. Dan akhirnya ia menemukan pembantu yang betah di rumah dan Dini juga sangat cocok dengan pembantu itu. Sampai ada suatu kejadian semua bahan makan melonjak harganya dan pembantunya dituduh oleh Yves karena uang belajanya ceopat sekali habis , pembantunya itu sampai mengais terisak-isak karena ditutuduh yang tidak-tida dan sempat akan keluar. Untungnya Dini dapat membujuknya sehingga sampai saat ini pembantu itu masih bertahan.
Satu hari Yves mengaja Lintang piknik untuk pertama kalinya dia juga mengajak pembantunya untuk membantu membawakan barangnya. Dini, lintang, dan pembantunya ditinggalkan disitu dan Yves pergi dan nanti akan kembali lagi. Ia menungg Yves sangat lama danSekembalinya Yves dia membawa gadis jepang yang kelihatan masih muda, ukanya meminta maaf atas keterlambatannya Yves malah menawari tamunya itu makan dan ia terlihat sangat akrab dengan mereka. Dini sedikit bersikap sinis kepada kedua wanita itu karena ia menganggap nya asing karena belum dikenalkan dan sudah ikut makan dan piknik bersamanya. Lalu mereka berfoto-foto dan melanjutkan pergi ke danau. Sekembalinya mereka dua gadis itu juga masih ikut di dalam mobilnya dan Yves sangat ramah pada mereka dan tidak memperhatikan Dini dan Lintang. Mereka sempat berebut tempat duduk Dini ingin duduk di depan tapi Yves menginginkan Dini di belakang padahal di belakang sempit dan Lintang tdak nyaman tetapi Yves memaksanya dan Dini pun merajuk tapi alhasil Yves membujuknya dan mereka akhirnya pulang sehabis magrib.
Hari-harinya Dini di jepang cukup menyenangkan karena adanya dua sahabatnya yaitu Miskum dan tante Un mereka selalu mengajak Dini jalan-jalan untuk menghilangkan penat. Satu hari Dini diajak makan oleh Miskum dan pada saat ia jalam ke restoran ia melihat mobil suaminya. Yves bersama perempuan yang waktu itu di piknik, Dini sudah berpikira yang tidak-tidak, mengapa mereka berdua saja di tempat seperti ini biasanya dia membawa seseorang untuk makan di rumah dan tidak di luar. Sesampainya di rumah Dini ragu untuk menanyao Yves tetapi karena sudah tak tahan ia tanyakan pada Yves, Yves bilang gadis itu hanya curhat padanya. Dini tetap merasa cemburu karena Yves tidak bilang terlebih dahulu padanya. Yves terus meyakinkan Dini akhirnya dia mengerti.
            Masa jabatanya di jepang sudah hampir habis dan pada malam ini mereka ngadakan pesta untuk perpishan Dini dan Yves. Mereka semua sampai mabuk terlebih Hilda istri Tuan Konsul. Pada saat pulangnya Dini dan Yves me;ewati gang sempit dan dari arah berlawanan ia mendapati monil yang ugal-ugalan dan hamper menamrak mobil mereka, Yves dengan sifat yang pemarahnya turun dan mengetok kaca pemilik mobil itu dan membentak-bentaknya. Ternyata yang menyetir adalah Hilda istri Tuan Konsul. Yves masuk ke mobil tetapi masih dengan umpatan lalu bari jalan beberapa menit kami di cegat mobil yang dikendarai Hilda dan ia mendekati mobil Yves, di situ mereka melakukan adu mulut karena Hilda merasa tidak terima dibentak oleh Yves tadi sampai Dini melihat bahwa Hilda menampar Yves mengangkat tangannya ingin membalas penampar tapi Dini segera turun dan berada di tengah Hilda dan Yves dan tamparan Yves menegenai bahu Dini dan itu sangat sakit. Dini melerai mereka dan menyuruh Hilda pulang. Yves memang kurang suka dengan istri bosnya itu karena diangga dapatmemberi pengaruh buruk pada Dini, takut kalau dini ketularan kecanduan nikotin. Dini tidak mengambil pusing itu semua karena sebentar lagi ia akan pindah.

Hari demi hari telah berlalu Yves dan Dini akhirnya pulang ke Indonesia menemui ibunya yang berada di Semarang. Pada saat pulang ke Semarang warga-warga membicarakan Dini dan Yves, mereka juga heran mengapa orang yang sudah berpangkat tinggi masih mau ke desa seperti ini. Ternyata memang semua keluarga Dini itu sederhana dan tidak sombong dan tidak membangga-banggakan pangkatnya. Sesampainya dii rumah Dini di sambuut hangat oleh ibunya, mereka saling melepas rindu setelah lama tak berjumpa. Sikap Yves selama di Semarang menjadi lembut dan ramah tetapi ibu dan pamanku mengetahui bagaimana sifat Yves yang pelit dan ibunya menasehatinya agar tetap sabar.


Komentar:
Dari novel ini kita dapat mengambil pelajaran bahwa jabatan belum menjamin suatu kebahagiaan. Mungkin banyak orang yang memandang orang yang memiliki jabatan tinggi, memili kehidupan yang bahagai dan sempurna tetapi kenyataanya tidak demikian. Semua orang memiliki masalah masing-masing. pernikahan antara Yves dan Dini mengajarkan kita bahwa sebelum menikah kita harus mengenali sifat pasangan kita agar kita tidak terlalu kaget saat menjalani rumah tangga agar rumah tangga tidak berakhir dengan perceraian. Sikap seseorang memang dapat berubah-ubah tetapi sebagai seorang suami  yang menjadi kepala rumah tangga seharusnya dapat mengendalikan amarahnya dan juga jangan terlalu perhitungan karena istri ada untuk dinafkahi bukan untuk ditelantarkan. Perhitingan sebenarnya boleh tetatpi kalau terlalu berlebihan itu namanya pelit dan kikir. Sebagai seorang suami kita harus menafkahi dengan cukup keluarga, jangan terlalu pelit. Anakpun butuh susu untuk masa pertumbuhannya walaupun agak mahal seharusnya dicukupi karena itu memang perlu. Seorang suami juga harus perhatian kepada sang istri, jangan hanya pada saat pacaran saja meberikan perhatiannya. Pernikahan adalah hal yang sakral apabila seseorang sudah menikah suami sepenhnya meyukupi dan memberikan perhatian kepada sang istri jangan sampai seseorang menyayanginya hanya pada saat ia masih pacaran dan sesudah menikah malah sikapnya berubah dan tidak peduli lagi.
Selain itu kita juga dapat mengambil pelajaran dari sikap Dini. Dia selalu sabar menghadapi suaminya dalam kondisi apapun. Hal ini dapat dicontoh oleh para istri untuk selalu sabar dan membicarakanya baik-baik untuk menyelesaikan masalah. Hal tersebut berguna agar pasangan kita yan temperamental tidak lagi meledak-ledak. Sevagai istri kita harus mengerti sifat suam apabila suami kita pemarah janganlah kita ikut menjadi seorang pemarah melainkan jadilah air untuk selalu menengakannya. Selain itu dari novel ini kit dapat meliht keluarga Dini tidak sombong meskipun memiliki jabatan yan tinggi. Sesungguhnya apa yang kiya punya hanyalah titipan dari allah dan janganlaj kita sombong, karena semua itu dapat diambil sewaktu-waktu allah mau. Jadilah orang yang rendah hati seperti jagung semakin tinggi semakin merunduk maka kita akan mendapatkan berkah.

Komentar

Postingan Populer